Showing posts with label style. Show all posts

Fashion Bikers

Fashion Bikers DALAM benak kebanyakan bikers, motor adalah hal utama. Namun, ketika tunggangan sudah di tangan dan bergabung dengan sebuah perkumpulan, ada satu hal penting lagi yang tak boleh ditinggal, yakni fashion.

Daya tarik bikers tidak cuma dari motornya. Lihat dandanan mereka, setiap kelompok punya ciri khusus. Pamer fashion and style juga dipakai untuk menunjukkan identitas dan jati diri sebagai bikers. Totalitas sebagai bikers belum lengkap jika tidak "menganut" sebuah aliran fashion sesuai motor yang ditungganginya.

Tentunya, kita sering menjumpai, para pengendara Harley-Davidson yang mayoritas pakaian di tubuhnya terbuat dari bahan kulit. Jaket, celana, sarung tangan, bahkan sepatu bot khusus. Atau bikers skuter yang terkenal dengan aliran old school. Syal, kacamata kumbang, helm "NAZI", hingga kaus jungkies. Hal tersebut tak disangkal para bikers. Justru dengan fashion khusus, seorang bikers akan menunjukkan seberapa besar hobinya dengan kendaraan yang dia miliki.

text TEXT SIZE :
Share

DALAM benak kebanyakan bikers, motor adalah hal utama. Namun, ketika tunggangan sudah di tangan dan bergabung dengan sebuah perkumpulan, ada satu hal penting lagi yang tak boleh ditinggal, yakni fashion.

Daya tarik bikers tidak cuma dari motornya. Lihat dandanan mereka, setiap kelompok punya ciri khusus. Pamer fashion and style juga dipakai untuk menunjukkan identitas dan jati diri sebagai bikers. Totalitas sebagai bikers belum lengkap jika tidak "menganut" sebuah aliran fashion sesuai motor yang ditungganginya.

Tentunya, kita sering menjumpai, para pengendara Harley-Davidson yang mayoritas pakaian di tubuhnya terbuat dari bahan kulit. Jaket, celana, sarung tangan, bahkan sepatu bot khusus. Atau bikers skuter yang terkenal dengan aliran old school. Syal, kacamata kumbang, helm "NAZI", hingga kaus jungkies. Hal tersebut tak disangkal para bikers. Justru dengan fashion khusus, seorang bikers akan menunjukkan seberapa besar hobinya dengan kendaraan yang dia miliki.

"Biasanya prinsip para bikers mengikuti motor apa yang dia kendarai. Fashion bisa digunakan untuk menunjukkan identitas," kata Muhammad Roky, Wakil Ketua Parkir Timur Senayan Skuter Club Indonesia (Partisi). Nah, kebetulan dalam berbagai perkumpulan skuter-khususnya yang bermerek Piaggio alias Vespa-aliran yang mereka anut kebanyakan retro.

Meski demikian, menurut Roky, ada dua aliran lagi yang diklasifikasikan berdasar gaya berpakaian selain retro. Touringdan klub. "Dari tiga jenis aliran ini, yang paling banyak memang aliran retro. Itu karena Vespa motor klasik. Kami harus menyesuaikan dengan motor yang kami pakai. Dan ini pun ada sejarahnya, tidak asal kami memutuskan memakai aliran retro," ujar Roky.

Ya, pemilihan pakaian untuk bikersVespa yang condong ke retro memang punya cerita. Roky menjelaskan, awal mulanya, bikers Vespa memilih pakaian khusus bertema retro karena asal Vespa dari Italia, negeri yang notabene penuh dengan glamour fashion. Glamour fashion itulah yang ditiru para bikers Vespa. Nah, soal pemilihan aliran retro, Roky menjelaskan bahwa aliran itu dipakai karena sebagian besar motor Vespa buatan tahun '60-'70-an. "Nggak lucu dong kalau motornya klasik, tapi dandanan kami mengikuti tren sekarang?" ucapnya.

Lebih detail, dandanan bikers Vespa beraliran retro ditandai oleh helm jadul (zaman dulu). Helm ini, di kalangan bikers Vespa disebut dengan helm Nazi. Kacanya cembung, dan ada bagian yang menutupi telinga. Menurut sejarahnya, helm jenis ini dipakai para prajurit di Perang Dunia II dan dipakai sebagai fashion style di Italia pada zamannya.

Lalu, jaket kulit selutut juga menjadi ciri khas. Tentu saja jenis jaket kulit yang dipakai bukan jenis jaket sport. Lebih pas di tubuh dan terkesan lebih santai. Jaket ini bisa diganti dengan rompi yang lebih santai. "Vespa kan motor untuk santai, jadi fashion-nya juga harus terkesan santai," sebut Roky. Sementara untuk aliran klub, biasanya para bikers menggunakan sepatu koboi, jins ketat, dan baju hitam.

Sementara untuk aliran touring, bikers lebih suka memakai jaket kulit atau rompi yang diberi bermacam emblem. Helm half face sebagai aksesori tambahan. "Aksesori bisa memakai ikat pinggang kulit Vespa, atau rantai pada dompet yang lebih panjang. Di aliran retro, bikers juga sering memakai syal berkesan kuno," celoteh Roky. Nah, bagaimana dengan fashion style para penunggang Harley-Davidson?

Mungkin banyak yang tahu. Biasanya, pengendara motor gede alias moge sekelas Harley- Davidson (H-D) lebih suka memakai pakaian ala koboi, atau gaya khas penunggang motor gede di Amerika. Menurut Budi Memori, pemilik toko aksesori Harley-Davidson di sejumlah kota, penunggang H-D biasanya suka pakaian berbahan kulit. Apa pun pakaiannya, yang penting harus kulit. "Kulit memang identik dengan bikers Amerika.

Di sana, kondisi alamnya memungkinkan kulit dipakai karena ketahanannya," kata Budi. Penuturan Budi itu diamini Hans Berta, salah seorang bikers Bali. Menurut dia, bahan kulit sangat nyaman dipakai, apalagi digunakan untuk berkendara jarak jauh. Biasanya, para bikers H-D menggunakan kulit untuk jaket, celana, sarung tangan untuk touring. Kalau aksesori, lebih banyak digunakan untuk topi dan dompet.

"H-D identik dengan aksesori kulit. Bukan cuma itu, apa pun jika aksesori itu berhubungan dengan H-D pasti dibuat dari kulit. Misalnya tempat kartu nama, atau bahkan tempat untuk membungkus air minum," ujar Hans. Selain kulit, bikers H-D juga identik dengan celana jeans ketika tidak melakukan touring. Yang menjadi menarik adalah ketika para bikers sedikit meniru gaya berpakaian seperti bikers Amerika." Namanya juga cinta. Kami pasti melakukan apa pun agar mempunyai identitas sebagai pencinta H-D," kata Hans.

Beda dengan klub Harley-Davidson atau Vespa, klub Honda Tiger dan CBR malah terkesan simpel dalam memadu busana. Hal ini dilakukan oleh Jakarta Tiger Club (JTC). Mereka hanya memiliki jaket, kemeja, kaus, celana jins biasa dipadu dengan sepatu kulit yang membalut setengah kaki. Busana tersebut sudah menjadi trademark tersendiri bagi JTC sejak 1996. Untuk kemeja, JTC memilih warna putih diselingi biru berlengan pendek.Pada dada sebelah kanan ada logo JTC, sedangkan di dada sebelah kiri ada logo Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Kaus pun hanya dibuat dua kali dalam setahun. Itu pun kalau ada acara tertentu dan desainnya pun tergantung acaranya. "Kadang tidak setiap kegiatan selalu ada busana khusus, entah itu kaus, jaket atau kemeja. Kalau kebetulan teman-teman sedang ingin membuat seragam baru, hal itu segera dikoordinasikan," tutur Jamalludin, anggota JTC di Kalibata. Prinsip JTC, menurut Jamal, hanya sederhana, pokoknya touring.

Tidak peduli apakah saat touring harus memakai busana tertentu atau aksesori yang wajib dipakai anggota klubnya. Bahkan tak jarang, saat acara touring ke daerah, biasanya akan ada acara tukar-menukar cenderamata. Adapun kaus adalah salah satu yang bisa menjadi suvenir unggulannya. (sindo//mbs)

source : okezone.com